Selasa, 31 Desember 2019

Cerpen Louis Braille

Hai, jadi di postingan ini aku mau beri contoh salah satu Cerpen Louis Braille. Cerpen ini masih sangat jelek, sampai pengarangnya aja ngga suka haha. Silahkan kalian mau copy cerpen ini atau hanya sekedar membacanya

Mimp

Louis Braille adalah pencipta huruf yang dibuat khusus untuk para tunanetra, atau yang biasa kita sebut Huruf Braille. Tanpa dia, para tunanetra tidak akan bisa membaca, bahkan mereka bisa jadi tidak akan mengerti huruf.

Pagi pun datang, matahari menyinari Coupvray, kota kecil dimana sang jenius tinggal bersama orang tuanya di sebuah rumah kecil di ujung jalan. Louis yang berumur 22 tahun pun bangun dari kasurnya.

Seperti biasa, alunan musik dari gramophone milik ayah selalu mengiringi kehidupan sehari hari keluarga Braille.





“Louis ada surat darimu” teriak ayah Louis dari teras rumah.

Louis pun segera menuju ke teras rumahnya.

“Surat dari siapa yah?”.

“Amanda, sahabat penamu” saut ayah.

Setibanya di teras, Louis mencari surat dari Amanda di tumpukkan surat surat lainnya.

“Aha! ini dia, surat dari sahabat terbaikku, Amanda” kata Louis.



Dengan hati hati dia membuka amplop yang berisi secarik kertas dengan tulisan indahnya Amanda. Sambil duduk di kursi teras, Louis membaca surat itu dengan perasaan bahagia.

Dear Louis,

Hai Lou, bagaimana kabarmu? aku harap kau sehat selalu Lou. Oh iya, bagaimana keadaan ayahmu? apakah masih selalu sibuk dengan kudanya? dan bagaimana kabar ibumu? kuharap ia selalu sehat, karena jika tidak, aku tidak akan bisa makan pai apel terenak yang pernah ada

Lou, aku punya kabar baik! aku baru saja mendapat kerja di toko roti. Mulai minggu depan, aku akan mulai bekerja dan suatu saat akan kubuatkan kau croissant favoritmu. Bagaimana denganmu Lou, apakah kau mengikuti kejuaaran pacuan kuda? kudengar kau adalah salah satu penunggang kuda terbaik di Coupvray. Kuharap kau menang Lou. Aku akan ada disana Lou, dengan semangat membara, aku akan mendukungmu!

Temanmu,

Amanda

Louis berdiri dari kursi, ia tersenyum lebar, dengan segera Louis berlari menuju kamar kecilnya. Berbaring dalam kasurnya sambil memandang langit – langit kamarnya.

Sambil bangun dari kasurnya, Louis berkata dalam hati “Aku akan jadikan hari esok adalah hari terbaik sepanjang masa!”.“Pacuan kuda dimulai besok, aku harus berusaha keras untuk memenangkan ini” kata Louis dalam hati.

“Louis, waktunya makan!” teriak ibu dari dapur.

“Siap bu!” sahut Louis.

Sesampainya di ruang makan, Tanpa basa basi, Louis segera memakan roti isi buatan ibunya.

“Pelan – pelan Louis” kata ibu.

Sambil mengunyah makanannya, Louis berkata “Iya bu”.

“Omong – omong, apa isi surat dari Amanda?” kata ibu.

Louis menelan makanan di mulutnya lalu berkata “Amanda bilang dia akan menontonku saat lomba pacuan kuda berlangsung. Oiya, Amanda juga bilang, kalau dia rindu pai apel buatan ibu”.

“Benarkah? Jika iya, ibu akan membuka toko roti dengan pai apel sebagai menu utama. Dengan begitu, Ibu bisa mendapat banyak keuntungan” kata ibu.

“Oiya Lou, ibu rasa kau cocok dengan Amanda. Ibu tau, pasti kau suka dengan dia kan?”.

“Ayolah bu, aku dengan dia hanya sebatas teman, tidak lebih” balas Louis.

“Okelah, tapi ibu tetap merasa kau cocok dengannya” kata Ibu.
Sambil memikirkan apa yang dikatakan ibu, Louis menuju ke kandang kuda. Bau khas kandang ternak mulai tercium begitu Louis membuka pintu kandang kuda. 4 kuda berjejer di depan Louis. Luby, kuda kesayangan Louis. Luby adalah kuda yang Louis rawat sejak kecil, Louis merawatnya dengan penuh kasih sayang. Luby adalah kuda tercepat yang ada dikandangnya. Semua kuda dirawat oleh ayah dan Louis sendiri. Louis dan Luby sudah pernah mengikuti berbagai ajang pacuan kuda bergengsi di daerahnya. 5 kejuaraan telah berhasil di menangkannya. Sebelum berlatih, Louis selalu mengecheck keadaan Luby dahulu agar ia tahu bagaimana keadaan Luby.“Hmm... ibu ini ada - ada saja” kata Louis sambil meninggalkan dapur.

Hari itu pun datang, dimana kejuaraan pacuan kuda bergengsi diselenggarakan. Louis yang sudah berpakaian layaknya joki profesional, ia menuju ke perlombaan bersama Luby, kudanya. Sampainya di perlombaan, Louis mempersiapkan dirinya. Beberapa menit sebelum pertandingan dimulai, Louis selalu membisikan Luby sesuatu. Namun, Luby seolah menolak untuk mendengarkan Louis.

Pacuan kuda dimulai, semua peserta menempatkan diri, para penjudi memasangkan taruhannya. Louis adalah kandidat terkuat kedua setelah Bastien, saingannya. Ia juga saingan ayahnya, namun dulu, Bastien tidak sehebat sekarang.

Louis langsung memacu kudanya hingga ia memimpin. Setengah putaran Louis lalui dengan waktu yang sangat cepat. Hingga di 50 meter sebelum garis akhir, Waktu seketika berhenti ketika Louis melihat Amanda yang duduk bersama seorang lelaki berbadan besar, lelaki itu merangkul Amanda sambil menghisap cerutu. Hancur hati Louis, hancur!. Ia tak menyangka, perempuan yang sudah ia idam – idamkan sejak lama, ternyata telah memiliki lelaki. Louis pun berhenti, penonton kebingungan. Tak selang beberapa detik, Louis merasakan hantaman keras dari belakang dan seketika dunia menjadi gelap.“Dorr..” Suara tembakan yang menandakan pacuan dimulai.

“Louis! Louis! Louis!” teriak ibunya sambil menangis.

“Tenanglah Lou, kau akan baik baik saja” kata ayah Louis berbisik.

Sambil dibawa ke salah satu dokter, Louis merasakan sakit luar biasa di matanya, lalu ia mencoba membuka matanya. Namun, Louis kesusahan untuk membukannya.
Air mata yang awalnya hanya menetes satu demi satu di pipi Louis, seketika menjadi deras. Louis benar – benar merasa bersalah kepada Luby. Ia menyesal dengan perbuatannya. Selama 1 jam, Louis meratapi kepergian sahabat terbaiknya.Beberapa hari setelah Louis menjalani perawatan. Louis pulang dengan keadaan buta. Sesampainya iya di rumah. Louis meminta untuk diantarkan ke Luby, kuda kesayangan Louis. Ayahnya pun dengan rasa menyesal harus memberitahu bahwa Luby sudah tiada. Lalu mereka berdua menuju ke tempat Luby dikubur.

“Maafkan aku kawan, tak seharusnya aku memberhentikanmu di tengah jalan. Aku harap kau akan memaafkanku Luby...” Kata Louis di dalam hati dengan rasa penuh penyesalan.

Beberapa hari kemudian, Amanda datang berkunjung ke rumah Louis, untuk menjenguk Louis. Namun, Louis tidak sedang berada di rumah.

“Amanda, kau kah itu?” tanya Ibu Louis.

“Iya bu” sambil memeluk Ibu Louis, Amanda bertanya.

“Dimana Louis berada bu?”.

“Biasanya Louis sedang berada di halaman belakang rumah” kata Ibu.

“Terima kasih bu..” sahut Amanda.

“Tentu nak” Ibu menjawab lagi.

Lalu ia duduk di kursi menemani Louis sambil berbisik “Louis, ini Amanda”. Louis hanya diam, tak mau menjawabnya.Amanda segera menuju ke halaman belakang rumah Louis. Terlihat seseorang duduk seorang diri di kursi dibawah pohon. Amanda lalu berlari menuju Louis melewati daun yang berguguran di musim gugur.

“Louis.. kenapa kau tidak menjawab? Aku tau ini semua salahku Lou...” kata Amanda.

“Bukan, semua ini adalah salahku..” jawab Louis.

Sambil memeluk Louis, Amanda berkata “Aku akan selalu ada disisimu. Mulai besok keluargaku akan pindah di Coupvray”.

“Bagaimana dengan pekerjaanmu?” tanya Louis.

“Tenang saja, aku akan mencari pekerjaan lain di kota ini, lagipula di toko roti, tempat aku bekerja dulu sudah sepi pembeli. Dengan begitu, aku bisa menemanimu setiap saat” kata Amanda.

Louis lalu tersenyum dan Amanda memeluk Louis semakin erat. Louis berkata dalam hati “Aku harap ini bukan sekedar mimpi, karena yang kutahu, aku belum terbangun dari kegelapan ini”.

0 komentar

Posting Komentar